Jumat, 22 April 2011

Bike Of My Life Pt 3 – RX KING Januari 7, 2010

Posted by Maskur in MOTOR.
Tags: , , , ,
trackback
1 Vote

Nama RX King adalah salah satu legenda motor di Indonesia. Sepertinya semua orang mengenal nama besarnya (dan juga nama negatifnya). Menurut yang saya baca, motor ini adalah asli rancangan R & D Yamaha Indonesia dan tidak ada di negara lain.

Salut untuk mereka telah membuat motor yang user friendly dan tidak merepotkan serta bertenaga. Seperti diketahui motor yang merupakan turunan Yamaha RX Series ini keluar pertama kali tahun 1983 dan berakhir tahun 2009, 26 tahun adalah masa yang panjang untuk sebuah sepeda motor. “Raja” ini telah merebut hati banyak biker hingga kini, fans fanatiknya bertebaran dimana-mana. Sehingga sewaktu YMKI memutuskan menghentikan produksi sang “Motor Jambret”, banyak yang menyayangkan. Selama kurun waktu itu hanya ada beberapa minor change (Swing arm, Footstep boncenger, Speedometer, Lampu, Kaliper rem cakram, Spion dan tentunya stripping dan warna sein). Saya mengendarai RX King 96.


Dengan mesin 2 tak 135 ccnya, motor ini handlingnya mantap, tenaganya responsif, akselerasi cepat, namun masih enak untuk jalan pelan alias putaran bawahnya juga bertenaga. Saya pernah mencoba membandingkan motor-motor cepat langganan dragger, seperti RX Z, Ninja 150, RGR dan juga motor lain seperti Suzuki Satria serta motor ber cc besar yaitu Honda Tiger. Bagi saya motor-motor itu enak, bertenaga, cepat namun pada waktu dibawa jalan pelan tenaganya kurang. Mungkin mereka disetting untuk berkitir di RPM tinggi. Bagi saya RX King lebih cocok untuk harian, karena kita tidak selamanya melewati jalanan mulus, lurus dan sepi. Apalagi jika tinggal di kampung, desa dan juga perumahan, disana pasti dijumpai jalan sempit, tidak mulus dan banyak orang lalu lalang.

Saya bisa menikmati kehebatan sang Raja, sewaktu kuliah. Walapun tidak saya bawa untuk kuliah, namun jika pas pulang (saya kuliah di daerah yang berbeda) motor inilah yang setia menemani kemana-mana. Saya sebenarnya tidak pernah tahu berapa topspeed motor ini, karena tidak ada speedometernya, namun dibandingkan dengan Alfa, ini jauuh lebih cepat. Berarti lebih dari 100 kmph, yang jelas jika digunakan untuk menguntit motor lain, rasanya bisa nempeel terus, kemudian pas nyalip langsung wusss jauh meninggalkan. Pada waktu bawa motor ini saya memang suka mengerjai biker lain (terutama anak-anak muda) yang saya anggap sok dengan motornya. Padahal cuma bawa bebek, namun gayanya seperti bawa Ninja RR. Saya kuntit mereka, tanpa nyalip, mereka minggir sendiri akhirnya hahahahaha.

Motor yang saya bawa masih standar, hanya dicopot speedometernya olah kakak saya. Dan juga tankinya di tutup sticker full. Saya sebenarnya bertanya-tanya, kenapa para pemakai King suka mencopot alat itu, padahal itu adalah panel yang penting untuk memantau kecepatan, RPM, lampu dan sein, serta odometer. Dari segi fisik, saya agak kurang sreg dengan lampu belakangnya yang telanjang. Kalo jaman tahun 83 motor-motor sport memang lampu belakangnya telanjang. Namun masuk tahun 90-an rata-rata udah ber cover, contohnya GL Pro atau bahkan seperti RX Z.

Setelah bekerja saya tidak menggunakan lagi motor itu, karena dipakai keponakan untuk sekolah. Namun tahun 2008 motor itu saya pakai lagi karena menganggur, kakak bawa motor dinas, keponakan bawa bebek 4 tak, sementara saya tidak punya motor. Sampai pertengahan 2009 kemarin Sang Raja berpindah pemilik. Jika tidak ingat harga bensin yang terus membumbung, saya ingin sekali motor seperti itu lagi untuk harian. Mungkin suatu saat nanti jika saya sudah merasa mapan, saya akan mengisi garasi saya lagi dengan Yamaha RX King.